
Portalmalang.com – Sampai kini, kedua mata Ria Oktaviola masih merah. Walaupun telah melakuan pemeriksaan dokter, mengonsumsi obat, dan mengoleskan salep. Tetap saja kedua mata Ria tidak berubah.
Saat mendatangi kediamannya di Dusun Mboto, RT02 / RW01 Desa Banjarsari, Kecamatan Ngajum, Rabu (12/10) lalu, perempuan 16 tahun itu bercerita kalau matanya merah sejak tembakan gas air mata dari aparat. “Saat itu saya di tribun 14. Sejak ada tembakan gas air mata, mata saya perih dan tidak bisa melihat. Penglihatan seperti tertutup kabut,” kata dia.
Sebelumnya saat ada anggota suporter turun ke lapangan, situasi masih kondusif. Namun, situasi seperti begitu cepat setelah gas air mata di lepaskan. Para suporter di tribun alami kepanikan termasuk dirinya. Apalagi gas air mata itu jatuh tepat didekat nya.
Ria harus berjuang setengah mati untuk bisa keluar dari dalam stadion. Sampai-sampai dia terjatuh. “Saya ditarik sama teman-teman saya. Karena saya sudah tidak bisa melihat,” tutur dia
Tetapi, sesampainya di pintu 14, dia malah hampir kehabisan napas. Karena terjadi penumpukan orang di sana. Semuanya berebut keluar dari dalam stadion. Namun, pintu 14 saat itu dalam keadaan tertutup.
Saking banyaknya penonton di lorong pintu yang saling berdesakan, Akhirnya Ria terpeleset dan terjatuh. Disitu nyawa Ria hampir tak tertolong. Sebab Ria terkena tindih oleh suporter lain sekitar 15 orang lebih. Sedangkan di bawah Ria juga banyak suporter yang sudah terkena tindih. “Saya bisa keluar karena teman saya membantu narik dan orang dipinggirin semua,” lanjut Ria.
Saat itu Ria sudah pasrah apapun jalannya nasib. Ternyata Tuhan masih berkata lain, Ria masih bisa selamat dari kepungan maut itu. “Baru 20 menitan pintu terbuka. Saya langsung dibawa ke masjid depan stadion untuk membasuh mata. Tapi mata tetap perih,” kenang dia.

Hingga pada akhirnya, Ria dibawa ke rumah sakit Wava Husada untuk diberikan pertolongan malam itu juga. Ria mengaku satu hari satu malam ia di rawat. Di sana sudah diberikan perawatan mata supaya tidak terjadi iritasi. Namun, sampai saat ini mata itu tetap memerah dan tidak ada perubahan warna. “Sudah dua kali saya berobat. Katanya nunggu waktu saja,” ungkap dia.
Untuk penglihatan sendiri, Ria mengaku silau jika terkena sinar mata hari. Namun pandangannya masih normal. Hanya saja matanya masih tetap memerah. “Saya terpaksa izin cuti walau saat ini sedang ujian. Jika mata saya tidak sakit, saya kerjakan di rumah ujian itu. Jika mata sudah sakit saya tinggalkan. Nanti katanya akan ada ujian susulan khusus saya,” kata perempuan 16 tahun yang merupakan siswa SMA Islam Kepanjen.
Sebab, sejak terkena gas air mata itu, mata Ria tidak bisa berlama-lama melihat benda apapun. Rasanya perih dan nyilu. Maka dari itu, ia berharap semoga matanya bisa pulih normal dan tidak memerah lagi agar bisa beraktifitas menuntut ilmu. “Saya ingin sekolah. Sudah dua mingguan saya izin. Semoga segera normal kembali,” harapan dia.