Akibat Cuaca, Produksi Ulat Hongkong mengalami Penurunan

0
334
Eko Darmawan menunjukkan ulat hongkong di Desa Clumprit, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.

Portalmalang.com-Akibat cuaca ekstrim, produksi ulat hongkong yang digeluti Eko Darmawan 35, warga Dusun Sidorukun, RT 24 RW 04, Desa Clumprit, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang alami penurunan hingga 30 persen.

Eko Darmawan mengatakan, bahwa penyebab utama terjadinya penurunan dikarenakan cuaca yang tidak menentu. Sehingga membuat budidaya ulatnya menurun jauh.

“Cuaca seperti ini tidak bisa berkembang biak dengan baik, sehingga menyusut kurang lebih hingga 30 persen,” Jelas Eko.

Untuk membudidayakan ulat harus dengan cuaca yang stabil. Dalam hal ini tidak hujan juga tidak panas berkepanjangan. Tujuannya agar Ulat-ulat bisa berubah menjadi larva yang nantinya menghasilkan telur-telur baru dan akan menjadi ulat.

Perhitungan satu bulan, dan suasana bagus bisa menghasilkan empat kali dengan mencapai 150 kilogram per panen.

“Namun saat musim dingin dan sering hujan gini hanya memperoleh kurang lebih 100 kilogram. Itu pun terkadang 2 sampai kali panen dalam satu bulan,” tuturnya.

Sementara itu, Eko juga keluhkan harga pakan ulat mengalami kenaikan. Tiap minggu ia bisa menghabiskan 9 sampai 10 sak.

“Satu sak karung Pollard gandum cap Angsa ukuran 50kg Rp. 350 ribu. Biasanya 1 sak harga Rp. 250 ribu. Saat ini mengalami kenaikan,” jelasnya.

Hal ini menyebabkan sebagian peternak ulat sekitaran rumahnya gulung tikar. Dan tidak sedikit dari mereka sudah tidak membudidayakan ulat hongkong yang mempunyai nama latin Tenebrio Monitor itu.

“Ulat ini biasanya dimanfaatkan untuk pakan hewan hias seperti burung perkicau, hamster, ikan hias, dan sebagainya. Akibat cuaca ini dan harga pakan mahal, banyak yang berhenti,” tutupnya. (Aprilia Krisanti Maria Depaula Asa)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here