Batu yang Ringan

0
948
Romanus Kabit

Portalmalang.com- Ada seorang pemuda ganteng dan didatangi seorang gadis yang sedang menghadapi masalah.
Tanpa membuang waktu gadis itu langsung menceritakan semua masalahnya.
Pemuda itu bijak hanya mendengar dan menyimak, lalu kemudian ia mengambil satu buah batu ringan dan meminta gadis itu mengambil satu plastik
Dan dimasukin dalam plastik tersebut lalu disimpan
”Coba angkat ini dan katakan bagaimana rasanya?” Ujar pemuda
“ringan sekali…..” Jawab gadis itu.
Pemuda itu tersenyum, mengajak gadis cantik itu untuk berjalan dipinggir pantai dekat rumahnya.
Mereka berjalan sambil memegang tangan dan akhirnya sampailah mereka berdua ke tepi pantai yang udaranya segar sekali.
Sesampai disana, pemuda itu kembali melempar batu itu kepantai dgn sepotong kayu mengaduknya,
“Coba ambil batu dari pantai itu dan angkatlah”
Saat si gadis mengambil batu itu, pemuda bertanya lag, “Bagaimana rasanya…?”
“ringan …” sahut si gadis cantik
” Apakah kamu merasakan ringan didalam air itu?” Tanya pemuda itu
” Tidak….” Sahut gadis itu.
Pemuda itu tertawa sambil berkata
“Gadis.”
Dengarkan baik baik, ringannya kehidupan sama seperti sebuah batu kecil ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa ringannya pun sama dan memang akan tetap sama.
Tapi “INGAT..” keringanan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yg kita miliki.
Jadi saat kita merasakan keringanan & kegagalan dlm hidup, hanya ada satu yang kita dapat lakukan:
“Luaskan dan perbesar kepada hatimu untuk menampung setiap keringanan itu” Hati kita adalah wadah itu.
Jgn jadikan hati kita seperti plastik, tapi buatlah hati kita seperti pantai yang besar dan mampu menampung setiap keringanan itu dan merubah untuk menjadi kesegaran,kedamaian,dan kesejahtraan.
Kemudian, di daerah itu, dekat pantai, Nusa Tenggara Timur pasangan suami istri yang sangat miskin. Sang istri bernama Deta, sedangkan suaminya bernama Feran

Setiap hari mereka pergi ke rumah-rumah penduduk yang juga bekerja sebagai petani untuk mencari pekerjaan. Bahkan suami istri tersebut harus pergi dari satu desa ke desa lainnya sambil membawakan satu anak mereka.

Ketika mereka tiba di sebuah rumah penduduk yang tampak sibuk menumbuk padi, Deta mendekatinya. “Maaf Bu, adakah pekerjaan untuk saya? Saya bisa membantu ibu menumbuk padi,” Deta

“Sebenarnya kami tidak memerlukan tenaga tambahan,” ucap ibu pemilik rumah.

“Tolonglah saya. Berilah saya pekerjaan agar anak saya bisa makan hari ini,” ucap Deta memelas.

Karena iba melihat Deta , ibu pemilik padi itu memberinya pekerjaan. Deta memujinya membantu menumbuk padi. Ketika menumbuk padi, satu anak Deta diletakkan di sebuah batu ceper yang tidak jauh dari menumbuk padi. Batu itu bernama batu ringan

“Tunggu di sini, Nak. Ibu akan bekerja. Kau jangan nakal ya,” pesan Deta kepada satu anaknya.

Kemudian, Deta bekerja menumbuk padi. Tidak berapa lama,satu anak Deta berteriak memanggilnya.

“Ibu…ibu…!” teriak anak Deta

Ternyata keanehan terjadi pada batu yang dimainkan oleh satu anak Deta. Batu itu bergerak semakin angkat dan semakin ringan

“Tunggulah kau di situ sebentar lagi! Ibu sedang bekerja,” ucap Deta tanpa menggubris teriakan satu anaknya.

Satu anak itu pun berteriak, ”Ibu…, batu ini semakin diangkat semakin ringan,” teriak anaknya.

Karena dipikirnya sang anak sedang bercanda saja atau merengek sesuatu meminta, Deta tidak menanggapinya. Batu itu pun semakin lama semakin ringani tanpa disadarinya. ,sang anak pun berteriak-teriak semakin keras.

“Ibu…ibu…tolong!” teriak anaknya sekali lagi.

“Tunggu, ibu sedang bekerja,” ucap Deta.

Akhirnya, teriakan anaknya terdengar semakin sayup. Deta tetap tidak menggubris teriakan anaknya. Karena semakin lama, suara mereka semakin tak terdengar, ia berpikir bahwa sang anak tentulah sudah lelap kaget.

Ia sama sekali tidak menyadari jika batu ringan yang semakin angkat itu kini telah Ketika ia melihat ke arah ditinggalkan tadi, ia tak menemukan mereka lagi. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari bahwa anak telah membawa batu ringan hingga hampir tak terlihat lagi.

Deta sangat bingung untuk menyelamatkan anaknya. Ia menangis dan memohon kepada Dewata untuk bisa mengambil anaknya yang dibawa naik batu ringan hingga ke atas pantai Doa Deta pun terkabul. Ia diberi kekuatan gaib oleh Dewata. Dengan sabuknya ia bisa memenggal batu ringan dengan hanya sekali tebasan saja.

Batu ringan itu terpenggal menjadi tiga bagian. Bagian-bagian batu golog yang terpenggal itu terlempar sangat jauh. Bagian pertama jatuh di suatu tempat yang menyebabkan tanah bergetar. Tempat jatuhnya batu itu menjadi sebuah desa yang kemudian berubah nama menjadi sebuah desa yang kemudian diberi nama Desa Todang. Bagian kedua batu ringanjatuh di suatu tempat yang kemudian tempat itu diberi nama Dasan Batu. Nama ini diberikan karena ada seseorang yang melihat batu tersebut jatuh.

Sedangkan, bagian ketiga batu ringan jatuh di suatu tempat yang kemudian diberi nama Tanjung Patah. Nama ini diberikan karena bagian terakhir dari batu ringan yang terjatuh ini menimbulkan suara gemetaran.

Meskipun batu ringan sudah terpecah menjadi tiga bagian, Deta tetap tidak bisa mendapatkan anaknya lagi.Anaknya tidak jatuh ke bumi, tapi berubah menjadi satu ekor burung. Sang anak telah berubah menjadi burung Kekuwo, Karena satu burung tersebut berasal dari manusia, maka satu burung tersebut tidak bisa mengerami telurnya.

*)Penulis Romanus Kabit, Asal Instansi UNIKA ST. PAULUS RUTENG
*)Tulisan ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi portalmalang.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here